Bapak Yusuf Rembon di Rantepao, Sulawesi Selatan

Berawal sebagai gembala kerbau milik juragan kerbau yang cukup besar kala itu, Pak Yusuf mendapat upah sebesar 100 ribu perminggu. Namun, berbekal waktu dan pengalaman Pak Yusuf mulai berpikir, untuk mencoba menggeluti usaha ini lebih serius. Bermodalkan kejujuran saat bekerja sebagai penggembala kerbau, Pak Yusuf mendapatkan uang dari sang juragan untuk membeli 1-2 ekor kerbau, untuk dijualnya kembali, sehingga tau besaran keuntungan yang diterimanya. Dari sinilah titik awal Pak Yusuf memulai usaha jual beli kerbau tersebut. “Modal kejujuran dan kepercayaan, wajib dimiliki oleh semua orang, dari sinilah saya diberikan modal untuk membeli 1-2 ekor kerbau dan mencoba untuk menjualnya. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk membuka usaha jual beli kerbau,” kenang Pak Yusuf mengawali cerita saat dihubungi tim kisah sukses. Kerbau-kerbau dijual secara berkeliling di Tana Toraja menggunakan mobil, cara inilah yang dijalani Pak Yusuf selama 2 tahunan. Hingga suatu saat Pak Yusuf berpikir untuk mengembangkan usahanya, maka Pak Yusuf bergabung menjadi anggota KSP Sahabat Mitra Sejati dan mendapat pinjaman modal usaha. Meskipun di Pasar Hewan Bolu sudah banyak yang menjual kerbau, tidak menjadikan saingan bagi Pak Yusuf, untuk ikut berbaur dengan pedagang lainnya di pasar itu.

Kesuksesan ini membuat Pak Yusuf ingin mencoba usaha yang baru lainnya. Sejak bertemunya dengan Sahabat UKM 4 tahun yang lalu, Pak Yusuf membuat usaha kos-kosan. Dikatakannya bahwa di Toraja ini banyak sekali perguruan-perguruan tinggi yang diminati dari luar kota. Pastilah mereka membutuhkan rumah untuk menetap selama menjalani proses belajar. Suatu pemikiran dan tindakan yang cukup realistis dan masuk akal yang dilakukan oleh Pak Yusuf. “Semua orang pasti mempunyai keinginan untuk berkembang. Berkembang bukan saja dari usaha yang telah dirintisnya, tapi berkembang dalam artian mencoba usaha baru yang belum dipikirkan oleh orang lain. “Nah, kebetulan disini ada beberapa perguruan tinggi yang sangat diminati oleh anak-anak dari luar kota. Pasti mereka membutuhkan rumah untuk bernaung selama mereka belajar. Kebetulan waktu itu ada lahan kosong yang dijual dekat salah satu perguruan tunggi, saya manfaatkan lahan kosong itu untuk membangun kos-kosan,” ungkapnya bersemangat.