“Pertamanya nyoba buat tiga kobokan, tiga takar ketan dibikin sama saya. Dikasihin ke tetangga yang suka beli tape. Tetangga saya bilang, kok enak amat ya tapenya? Baru bikin itu. Karena (pada saat itu) mau Lebaran, jadi saya bikin aja. Tadinya belum pernah,” kisahnya. Karena rasanya yang berbeda, tape ketan Ibu Enjun mendadak jadi buah bibir. Tetangga itu memesan 25 ember, disusul pesanan lainnya dengan porsi yang sama. Dari situ, lahirlah tape ketan “Harum Sari,” jajanan wajib yang selalu dikejar-kejar para penggemar tape di bilangan Kuningan.

Pesanan pun berdatangan bak tawa Ibu Enjun yang selalu ramai. Tak henti-hentinya para pembeli berdatangan ke Sindangagung, Kuningan, rumah produksi pertamanya. Ibu Enjun pun kewalahan, karena di daerah itu, tenaga terampil yang bisa membantu dia memproduksi tape ketan hanya segelintir.

Bahan baku ketan dan daun jambu diperoleh dari pemasok langganan dari Indramayu. Setiap minggu, pemasok langganan Ibu Enjun mengirim lima hingga sepuluh ton bahan baku ketan. Pada saat Lebaran, Ibu Enjun bahkan mendapat pasokan bahan baku hingga 300 ton ketan. Sementara untuk ragi, Ibu Enjun membelinya sendiri ke Bandung.

Dengan produksi yang terus meningkat dari tahun ke tahun, Ibu Enjun membutuhkan modal usaha untuk ekspansi produksi. Kebutuhan itu mengantarnya berkenalan dengan Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Mitra Sejati (KSP SMS) tiga tahun lalu. Ibu Enjun pun memperoleh sokongan dana segar untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan yang terus bertumbuh. Tape ketan Harum Sari tersebut dipatok dengan harga Rp70 ribu untuk satu ember kecil dan Rp80 ribu untuk ember yang lebih besar. Harga itu memang lebih tinggi dari warung tape ketan lainnya. Namun, setiap hari tape ketan Harum Manis selalu habis terjual, dengan ratarata penghasilan hingga puluhan juta per hari.